Dalam proses pendidikan, perilaku guru memegang peranan yang sangat
penting untuk perkembangan kepribadian siswa. Perilaku yang baik dari
seorang guru bukan hanya cakap dan terampil dalam memberikan materi di
depan kelas, namun harus lebih dari itu karena seorang guru merupakan
teladan sekaligus mitra bagi muridnya. Guru harus berhati-hati menjaga
sikap, perilaku, penampilan dan tutur kata dimanapun guru berada. Jika
guru mengabaikan hal tersebut, maka akan berimplikasi negatif bagi
perkembangan perilaku para muridnya.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Idi Warsah, M.Pd.I. saat
menyampaikan hasil disertasinya dalam sidang promosi doktor Ilmu
Psikologi Pendidikan Islam pada Sabtu (23/7) di Ruang Sidang
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lantai 4. Dalam
mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pendidikan Berbasis Rahmah
Dalam Al-Qur’an,” Idi menjelaskan bahwa dalam praktek pendidikan, guru
cenderung menekankan pada kemampuan intelektual murid dan mengabaikan
aspek-aspek lain dalam proses pembelajaran.
“Saat ini guru masih belum mampu memposisikan diri sebagai pendidik
sekaligus mitra belajar. Jika dilihat dalam proses pendidikan, salah
satu faktor penting menjadikan guru yang professional yaitu dengan
menumbuhkan kepedulian, tanggung jawab, dan kasih sayang guru terhadap
muridnya, sehingga tercipta pembelajaran yang lebih bermakna. Bagi guru,
kepribadian yang baik adalah keniscayaan yang harus dimiliki, serta
kompetensi yang menjadi standar bagi setiap guru dalam menjalankan tugas
dan profesinya sebagai pendidik,” papar Idi.
Lebih lanjut, Idi menjelaskan bahwa dalam rujukan salah satu
penelitiannya, guru yang baik memberikan dampak positif bagi
perkembangan kepribadian murid. Kompetensi yang memadai, sikap yang
santun, lembut dan penuh kasih sayang menjadi keniscayaan dimiliki oleh
setiap guru. “Kenyamanan dan keberkesanan murid terhadap perilaku dan
kepribadian guru tidak hanya akan menjadi motivasi murid dalam mengikuti
pelajaran, namun juga akan memberikan kesan tersendiri bagi murid di
kemudian hari,” lanjut Idi yang berhasil lulus dengan nilai cumlaude
pada sidang doktor ke 28 tersebut.
Idi kembali menandaskan bahwa realitas di lapangan nyaris tidak
muncul sosok guru yang memiliki inisiatif dalam meningkatkan
kompetensinya. Kondisi ini dapat dipastikan berasal dari dampak dari
peraturan pemerintah pusat melalui program sertivikasi guru dan dosen.
“Dengan adanya apresiasi pemerintah pusat melalui program sertifikasi
guru dan dosen, semakin membelenggu para guru dan dosen dalam mencukupi
target dan volume pembelajaran sebagai syarat memperoleh kompensasi
sertifikasi. Sepertinya kebijakan ini telah merampas keikhlasan dan
panggilan hati setiap pendidik untuk memberikan konstribusi ilmiah
kepada murid-muridnya. Sehingga guru sulit menciptakan suasana
pembelajaran yang berkesan bagi para muridnya,”tandasnya. (hv)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
nidaamiratunnisa
Asuransi Perjalanan Editing by canva Asuransi bisa melindungi kita dalam perjalanan jauh misalnya pergi liburan ke negara Jepang, ada...
-
Bukan untuk merasakan sakit yang aku punya tetapi agar kau tahu bagaimana aku yang selalu sabar, merela dan ikhlas saat aku s...
-
Asuransi Perjalanan Editing by canva Asuransi bisa melindungi kita dalam perjalanan jauh misalnya pergi liburan ke negara Jepang, ada...
-
“Sya, aku dijodohkan dengan seseorang!” Syafa kaget mendengar pernyataan Elisa, dia menatap bola mata Elisa yang berlinang. “Kamu serius S...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar