Prolog
Hari yang Indah...
Saat u tersenyum manis, ya hanya itu lah yang aku inginkan melihat mu bahagia, walaupun di sisi lain kebahagiaan itu bukan karena ku melainkan sahabatku, tidak masalah! ya semua itu hanya kebahagiaan semata, aku tidak butuh kamu yang selalu menyakiti ku, aku hanya butuh dia yang bisa menjaga ku, dan melindungi ku, aku katakan kamu orang yang aneh, dan entah kenapa aku menyukai dan aku tidak ingin kehilangan kamu. Ya mungkin alasan ini cukup untuk ku menjelaskan kepada dunia jika aku menyukai sikapmu yang cuek dan terkadang bertingkah aneh.
Sikapmu membuat aku selalu tertawa sendiri, dan terkadang aku sering meneteskan air mata jika kamu bersikap cuek pada ku, dan aku cemburu saat melihat mu berdua bersama dia, sahabat ku.
Saat u tersenyum manis, ya hanya itu lah yang aku inginkan melihat mu bahagia, walaupun di sisi lain kebahagiaan itu bukan karena ku melainkan sahabatku, tidak masalah! ya semua itu hanya kebahagiaan semata, aku tidak butuh kamu yang selalu menyakiti ku, aku hanya butuh dia yang bisa menjaga ku, dan melindungi ku, aku katakan kamu orang yang aneh, dan entah kenapa aku menyukai dan aku tidak ingin kehilangan kamu. Ya mungkin alasan ini cukup untuk ku menjelaskan kepada dunia jika aku menyukai sikapmu yang cuek dan terkadang bertingkah aneh.
Sikapmu membuat aku selalu tertawa sendiri, dan terkadang aku sering meneteskan air mata jika kamu bersikap cuek pada ku, dan aku cemburu saat melihat mu berdua bersama dia, sahabat ku.
Hari-hari ku terasa
indah saat aku bisa dekat dengan mu, namun kesenangan itu hanya
sebentar karena aku tau kamu tidak pernah menyukai ku dan mustahil
untuk ku memiliki mu, aku mengalah saat aku tau kamu menyukai sahabat
ku, dan aku katakan cinta itu memberi bukan meminta, dan jika kamu akan bahagia dengan nya aku ikhlas.
Hanya hujan yang terus
menetes, hanya ada pelangi setelah hujan, hanya ada bintang dan bulan
saat malam hari. Aku suka dengan matahari walaupun banyak yang tidak
menyukai nya namun, ia tetap memancarkan cahayanya, mengapa tuhan
mendekatkan kita jika sejak pertama kita bertemu kamu sudah membenci
ku?Jika kamu mengira aku berniat untuk menghancurkan hubungan mu dengan
sahabat ku, itu adalah salah! karena pada kenyataan nya aku tidak pernah
berniat untuk memiliki mu.
Aku tau cara mu saat
melihat ku dengan pandangan yang ku pikir cinta, dengan tatapan mata
yang ku pikir sayang, dan dengan sikap mu yang ku pikir harapan namun,
aku jauh mengartikan semua itu ketika sebenarnya yang aku rasakan
hanyalah perasaan bertepuk sebelah tangan yang pada akhirnya penantian
yang sia-sia.
Kau tau? berapa mata ku
meneteskan air mata karena mu? Sering kali luka ku gores kan seringkali
kecewa ku toleh kan namun, aku tidak berhak untuk marah dan menyalahkan
mu dan sikap mu karena tidak ada gunanya aku marah pada mu dan kamu pun
tidak bisa mengobati rasa rindu ku karena kamu tidak paham artinya
merindukan.
Aku munafik, ya aku
memang munafik saat itu dan aku pun tidak ingin sahabat ku tau jika aku
menyukai mu tapi, ketika aku tau kamu lebih bahagia dengan sahabat ku
aku pun mengalah dan memilih untuk memendam perasaan ku namun, aku tidak
sanggup jika harus ter sakiti terus menerus tanpa kamu ketahui sakitnya
hati ku,
Menyesal ya aku menyesal
kehilangan sahabat ku, tapi pada kenyataannya begitu aku lebih
mementingkan perasaan ku dibanding kebahagiaan sahabat ku, dan sejak
saat itulah aku memutuskan untuk membuka lembaran baru dan perasaan ku
pun semakin menipis kepada mu, aku sadar jika kamu memang tidak berhak
untuk ku miliki maka dari itu aku mengalah demi kebahagian sahabat ku
dan ikhlas melepaskan mu dimiliki nya.
#Selamat Tinggal Penantian
Terkadang Aku bertanya pada Allah.
Mengapa Allah mempertemukan kita jika pada akhirnya kita akan berpisah, Bukankah lebih baik tidak ada pertemuan? Tidak akan ada rasa. Dan tidak akan ada hati yang terluka dan rindu yang tertinggal.
Namun, pertemuan itu selalu mengajarkan kita akan artinya kesabaran, perpisahan dan kerinduan.
Andai waktu bisa terulang, aku tidak ingin bertemu dengan nya. Sehingga aku tidak perlu sulit untuk melupakan nya lagi.
#######
Tak terasa. Tahun terakhir aku berada di sini dengan sejuta kerinduan yang entah kapan akan terobati, rasa sabar yang entah kapan kesabaran ini akan habis. Sakit, itulah yang aku rasakan, setiap harinya harus meneteskan air mata. Setiap doa ku selalu ada nama mu, dan setiap aku berusaha melupakan mu di situlah rasa rindu ku semakin bertambah. Dan sejauh mana aku pergi selalu ada sosok bayangan mu.
Pagi ini Yogya masih sama dengan segala keindahan nya, Hari yang ku lalui pun masih sama masih ada rindu di sini, namun rindu yang ku rasakan kini berbeda. Jarak memang telah memisahkan kita...
Aku masih di sini, dan berharap kamu pun ada di sini, dan malam ini pun sama. Hanya ada sosok bayang mu dalam diam ku."Kamu belum tidur?" Tanya nya. "kamu ingin aku tidur?" Jawab ku malam itu."Kamu ingin aku tidur?" Tanya ku pada nya. "Iya." Jawab nya. "Caranya?" Ku tanya lagi dia. "Mengabsen nama-nama binatang, hehehe." Jawab mu, aku ketawa kata-kata Dilan ucap ku dalam hati. Bahkan perkataan mu mampu aku ingat. "Hey belum tidur?"Ucap seseorang, Aku tersentak kaget dan menoleh, "Sejak kapan kamu di sini?" Tanya ku dengan kesal sambil menatap bulan.
"Tidak usah di pikirkan belum tentu yang di sana memikirkan mu!" Ujar Hawa sambil tersenyum.
"Ngapain juga aku mikirin dia?"
"Tidak usah berbohong! Apa perlu aku telfonin agar kamu bisa mendengar kan suara nya." Saran nya.
"Aku pikir dengan aku menjauh dari nya rasa ini akan hilang namun, tidak. Hati ku masih menyimpan nama nya." Tanpa Aisyah sadari ada hati yang terluka dengan kejujuran nya itu.
"Lihat deh bulan itu, indah ya?"
Ucap nya membuat aku tersenyum dan hanyut dalam hayalan.
"Sudah tidur sana!" Pinta nya. Aku memang sudah mengantuk namun, entah kenapa aku merasa ada magnet yang membuat aku tak ingin pergi. Tapi, aku harus tidur karena besok aku harus berangkat kuliah pagi hari. Aku pun mengangguk bertanda "See you letter Hawa."
Aku pun berjalan melewati lorong kamar ku, malam ini terasa indah seolah ia merasakan apa yang aku rasakan. Setelah sampai di depan kamar ku sekilas aku mendengar suara Adam."Jangan lupa wudhu sebelum tidur." Seketika aku kaget mendengar suara itu, aku mengenal jelas itu adalah perkataan Fahri sebelum aku hendak tidur. Lantas mengapa aku jadi mengingat perkataan itu, Ada apa dengan diri ku dan Fahri? Lalu aku pun melihat jam yang menujukan sepertiga malam, segera aku bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malam terakhir.
"Tuhan, jika memang Dia taqdir ku aku mohon satukan lah kami dalam surga mu. Tapi jika Dia memang di taqdir kan bersama dia, aku mohon bahagia kan mereka dan ikhlas kan lah hati ku untuk merelakan dia untuk orang lain, dan satukan kan lah aku dengan ketentuan mu." Dalam aku meminta.
Setelah sholat Aisyah pun langsung melelapkan tubuh nya di atas kasur yang rapih dan Aisyah pun sempat menoleh ke arah Fatimah yang sudah terelap dalam mimpi nya. Memang Aisyah dan Fatimah itu sahabat SMP dulu di Pesantren, Sekarang mereka pun harus menjalani bea siswa di Yogya
Mengapa Allah mempertemukan kita jika pada akhirnya kita akan berpisah, Bukankah lebih baik tidak ada pertemuan? Tidak akan ada rasa. Dan tidak akan ada hati yang terluka dan rindu yang tertinggal.
Namun, pertemuan itu selalu mengajarkan kita akan artinya kesabaran, perpisahan dan kerinduan.
Andai waktu bisa terulang, aku tidak ingin bertemu dengan nya. Sehingga aku tidak perlu sulit untuk melupakan nya lagi.
#######
Tak terasa. Tahun terakhir aku berada di sini dengan sejuta kerinduan yang entah kapan akan terobati, rasa sabar yang entah kapan kesabaran ini akan habis. Sakit, itulah yang aku rasakan, setiap harinya harus meneteskan air mata. Setiap doa ku selalu ada nama mu, dan setiap aku berusaha melupakan mu di situlah rasa rindu ku semakin bertambah. Dan sejauh mana aku pergi selalu ada sosok bayangan mu.
Pagi ini Yogya masih sama dengan segala keindahan nya, Hari yang ku lalui pun masih sama masih ada rindu di sini, namun rindu yang ku rasakan kini berbeda. Jarak memang telah memisahkan kita...
Aku masih di sini, dan berharap kamu pun ada di sini, dan malam ini pun sama. Hanya ada sosok bayang mu dalam diam ku."Kamu belum tidur?" Tanya nya. "kamu ingin aku tidur?" Jawab ku malam itu."Kamu ingin aku tidur?" Tanya ku pada nya. "Iya." Jawab nya. "Caranya?" Ku tanya lagi dia. "Mengabsen nama-nama binatang, hehehe." Jawab mu, aku ketawa kata-kata Dilan ucap ku dalam hati. Bahkan perkataan mu mampu aku ingat. "Hey belum tidur?"Ucap seseorang, Aku tersentak kaget dan menoleh, "Sejak kapan kamu di sini?" Tanya ku dengan kesal sambil menatap bulan.
"Tidak usah di pikirkan belum tentu yang di sana memikirkan mu!" Ujar Hawa sambil tersenyum.
"Ngapain juga aku mikirin dia?"
"Tidak usah berbohong! Apa perlu aku telfonin agar kamu bisa mendengar kan suara nya." Saran nya.
"Aku pikir dengan aku menjauh dari nya rasa ini akan hilang namun, tidak. Hati ku masih menyimpan nama nya." Tanpa Aisyah sadari ada hati yang terluka dengan kejujuran nya itu.
"Lihat deh bulan itu, indah ya?"
Ucap nya membuat aku tersenyum dan hanyut dalam hayalan.
"Sudah tidur sana!" Pinta nya. Aku memang sudah mengantuk namun, entah kenapa aku merasa ada magnet yang membuat aku tak ingin pergi. Tapi, aku harus tidur karena besok aku harus berangkat kuliah pagi hari. Aku pun mengangguk bertanda "See you letter Hawa."
Aku pun berjalan melewati lorong kamar ku, malam ini terasa indah seolah ia merasakan apa yang aku rasakan. Setelah sampai di depan kamar ku sekilas aku mendengar suara Adam."Jangan lupa wudhu sebelum tidur." Seketika aku kaget mendengar suara itu, aku mengenal jelas itu adalah perkataan Fahri sebelum aku hendak tidur. Lantas mengapa aku jadi mengingat perkataan itu, Ada apa dengan diri ku dan Fahri? Lalu aku pun melihat jam yang menujukan sepertiga malam, segera aku bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malam terakhir.
"Tuhan, jika memang Dia taqdir ku aku mohon satukan lah kami dalam surga mu. Tapi jika Dia memang di taqdir kan bersama dia, aku mohon bahagia kan mereka dan ikhlas kan lah hati ku untuk merelakan dia untuk orang lain, dan satukan kan lah aku dengan ketentuan mu." Dalam aku meminta.
Setelah sholat Aisyah pun langsung melelapkan tubuh nya di atas kasur yang rapih dan Aisyah pun sempat menoleh ke arah Fatimah yang sudah terelap dalam mimpi nya. Memang Aisyah dan Fatimah itu sahabat SMP dulu di Pesantren, Sekarang mereka pun harus menjalani bea siswa di Yogya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar