Saya percaya, kebaikan sering lahir dari langkah sederhana. Tidak selalu dalam
bentuk yang besar atau monumental, tetapi justru dari aksi kecil yang dilakukan
dengan tulus. Dari satu langkah, lahirlah jejak yang bisa mengubah cara pandang,
menumbuhkan harapan, bahkan menghadirkan senyum pada wajah orang lain. Saya
belajar, bahwa setiap aksi kecil yang saya lakukan, bila dijalani dengan
konsistensi dan keikhlasan, bisa melahirkan dampak yang besar.
Pengalaman itu
saya rasakan ketika bergabung di Youth Prime Education, sebuah organisasi yang
bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Bersama teman-teman, saya mengajar
anak-anak SMA, membantu mereka memahami jalur menuju perguruan tinggi. Saya
berbagi pengetahuan tentang SBMPTN, SNMPTN jalur rapor, seleksi mandiri, hingga
jalur KIP (Kartu Indonesia Pintar) Kuliah yang dibiayai penuh oleh pemerintah.
Saya ingin menunjukkan bahwa kuliah bukan hanya untuk mereka yang mampu secara
ekonomi, tetapi juga terbuka bagi siapa saja yang mau berusaha dan berdoa.
Saya
tidak hanya mengajar di sekolah-sekolah besar di perkotaan, tetapi juga
berkunjung ke berbagai SMA, baik sekolah negeri maupun sekolah di wilayah
pelosok. Di tempat-tempat itu, saya menemukan kenyataan berbeda: ada anak-anak
yang bahkan tidak mengenal kata kuliah. Bagi mereka, lulus sekolah berarti
langsung bekerja, tanpa sempat memikirkan pendidikan lebih tinggi. Dari situ,
saya merasa terpanggil untuk mengubah pola pikir mereka. Saya ingin menanamkan
kesadaran bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa, generasi emas yang kelak
menentukan arah negeri ini. Dengan memberi informasi tentang jalur KIP, saya
berharap mereka menyadari bahwa mimpi kuliah bukan lagi sesuatu yang mustahil.
Pendidikan bisa diraih tanpa beban biaya, karena pemerintah telah membuka jalan
untuk itu. Selain di bidang pendidikan, pengalaman lain yang membekas bagi saya
adalah saat menjadi relawan banjir di Banten. Saya melihat langsung rumah-rumah
terendam, barang-barang hanyut dan masyarakat yang harus bertahan dengan
keterbatasan.
Bersama relawan lain, saya tidak hanya membagikan bingkisan
kebutuhan pokok, tetapi juga ikut membersihkan rumah-rumah warga yang kotor oleh
lumpur serta membantu memindahkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.
Meski tenaga yang saya berikan terbatas, wajah lega para korban membuat saya
yakin bahwa kehadiran kami berarti. Saya masih ingat seorang ibu menyambut
bingkisan sederhana dengan mata berkaca-kaca dan seorang anak kecil yang
tersenyum sambil menggenggam makanan. Dari situ saya belajar bahwa sekecil
apapun bantuan, baik tenaga maupun materi, bisa menjadi cahaya harapan bagi
orang yang sedang kesusahan.
Dari pengalaman mengajar hingga terjun dalam aksi
sosial, saya memahami bahwa dampak tidak selalu diukur dari besar kecilnya
tindakan, melainkan dari ketulusan dan kepedulian. Aksi kecil yang saya lakukan
mampu menyalakan harapan, memperkuat ikatan sosial dan menumbuhkan semangat
serta optimisme.
Penulis : Khaerunisa