Kamis, 24 Desember 2020

Dia Bukan Takdirku

 “Sya, aku dijodohkan dengan seseorang!”

Syafa kaget mendengar pernyataan Elisa, dia menatap bola mata Elisa yang berlinang.

“Kamu serius Sa?” tanya Syafa, tak percaya.

“Iya aku serius Sya, tapi kamu harus rahasiakan ini ya!” Elisa menaruh telunjuknya ke bibirnya, membuat Syafa ingin tahu cerita yang sebenarnya.

Elisa akhirnya menceritakan awal kejadian bagaimana dia bisa menerima perjodohan tersebut, yang ternyata orangtua Elisa telah menjodohkannya dengan anak teman Ibunya yang mana laki-laki itu bekerja sangat jauh, yaitu di Riau. Awalnya Elisa ragu untuk menerimanya, namun setelah di kenalkan dengan laki-laki yang di jodohkan kedua orangtuanya membuatnya mulai nyaman, sehingga dia merasa yakin bahwa itu pilihan yang terbaik untuk dirinya, Rifqi nama laki-laki tersebut, Elisa mengenal Rifqi sosok laki-laki yang baik dan asik, dia memang belum mencintai Rifqi namun, dia yakin rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu.

“Terus bagaimana hubungan kamu dengan Rizal, Sa?” tanya Syafa, setahu dia Elisa sedang menjalin hubungan dengan Rizal selama ini.

“Sya, kamu jaga rahasia ini ya, sampai aku memutuskan Rizal, aku mohon ya Sya,” ucap Elisa lirih, dia berharap sahabatnya ini dapat menjaga rahasianya.

“Insya Allah Sa, rahasiamu akan aman bersamaku.” Syafa tersenyum kepada Elisa, sambal menggenggam tangannya.

Elisa percaya bahwa Syafa dapat di percaya, dia tidak ingin menyembunyikan rahasia ini dari Syafa yang sudah menjadi teman ceritanya selama ini.

“Sya, bulan depan aku lamaran,” kata Elisa membuat Syafa kaget untuk yang kedua kalinya, dia tidak percaya bahwa secepat ini Elisa akan menemukan jodohnya.

“Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu, Sa.” Syafa memeluk Elisa, ada rasa sedih yang dia rasakan saat mendengar kabar yang baik ini.

Air mata Syafa menetes tanpa dia suruh, sungguh dia masih tak percaya bahwa Elisa akan secepat ini akan diikat oleh seorang laki-laki yang baru dia kenal bahkan belum melihat wajahnya.

“Sa, dia hadir diacara wisuda kita nanti?” tanya Syafa.

“Tidak Sya, dia masih belum bisa pulang, 2 minggu sebelum acara lamaran dia baru akan pulang, Sya.”

Mendengar ucapan Elisa sepertinya dia sudah yakin bahwa Rifqi adalah jodohnya yang telah Tuhan pilih untuknya.

“Semoga dia bisa menjadi laki-laki yang amanah dan selalu sayang denganmu.” Syafa melantunkan doa untuk Elisa.

“Aamiin, makasih ya doanya Sya,” sahut Elisa sambal tersenyum.

Hari pun berjalan dengan sangat cepat tak terasa hari wisuda atau hari kelulusan Syafa dan Elisa pun tiba, raut kesedihan dan air mata yang mengalir deras di pipi semua para wisudawan dan wisudawati, tak kuasa untuk ditahan, inilah hari yang paling menyedihkan, yang mana mereka akan berpisah dengan teman-teman kelasnya, tak ada canda gurau yang biasa dilakukannya.

Setelah hari kelulusan, Elisa pun mengadakan acara lamaran, bagi sebagian orang Elisa memang masih sangat muda untuk menikah diusianya yang masih 18 tahun, namun bagaimana jika jodohnya sudah ada? Apakah dia harus menolaknya? Hari demi hari Elisa mendapat cobaan yang datang dari mulut tetangganya dan mantan kekasihnya, Rizal masih tidak terima jika Elisa memutuskannya dan memilih untuk menikah dengan laki-laki lain, cinta itu buta! Rizal masih belum ikhlas jika Elisa bukan jodohnya, berbagai cara Rizal lakukan untuk membuat Elisa manjauh dari Rifqi, hal itu membuat Rifqi merasa kurang nyaman sehingga dia berniat untuk bertemu dengan Rizal.

“Kamu harus terima jika Elisa bukan jodoh kamu!” ujar Rifqi dengan santai, Elisa sampai bingung harus bagaimana.

“Gue gak terima lo ngambil Elisa dari gue.” Rizal tak mau kalah dengan Rifqi, dia sampai lupa bahwa usianya dengan Rifqi sangat beda jauh, untuk berkata kasar seperti itu.

“Gue gak takut, lo mau lebih tua dari gue, ini masalah nama baik dan hak gue,” ucapnya sarkatis, wajahnya merah, nafasnya tidak teratur.

Rifqi mengerti keadaan Rizal, dia lebih tenang menghadapi Rizal yang lebih muda darinya. Elisa pun berpengan tangan dengan Rifqi, dia berusaha menghentikan perdebatan ini.

“Dengerin saya baik-baik ya, Elisa itu bukan jodoh kamu, dia ditakdirkan untuk saya bukan kamu!” Rifqi masih mengingatkan Rizal akan takdir Tuhan.

Rizal pun dengan gusar pergi dengan motornya, lagi-lagi dia harus menerima kenyataan bahwa Elisa bukanlah jodohnya, perjalanan kisah asmaranya dengan Elisa sangat indah sehingga sulit untuk dia melupakannya begitu saja, melihat Elisa yang terus menerus berpegangan tangan dengan cowok sialan itu, membuat dia kesal. Haruskah dia mengikhlaskan Elisa untuk orang lain?

my story

 

PAHITNYA MASALALU

Menyayangi seseorang dalam diam itu memang lebih aman dan asik, Aisyah menyukai seseorang laki-laki sejak perkenalan, namun saat itu Aisyah tidak mengetahui namanya, tapi seiring berjalannya waktu Aisyah jadi tau jika laki-laki itu ialah Adam Rohikal, Aisyah tidak pernah berusaha untuk mencaritahunya, tapi karena waktu dan keadaan yang menuntutnya untuk tau, dan mungkin karena Aisyah dan Adam satu kelas dan sering mendapat tugas kelompok sehingga Aisyah jadi mengenal semua teman kelasnya termasuk Adam.

Di sekolah Aisyah dikenal dengan anak yang paling imut karena tubuh nya lebih kecil dibanding semua teman-teman nya, Aisyah anak yang aktif dan mempunyai skill yang cukup, selain menjadi seorang pelajar Aisyah juga menjadi penjaga kantin di sekolahannya namun, tidak semua nama anak laki-laki Aisyah kenal karena wajah Aisyah yang selalu menunduk dan tidak pernah memandang seseorang dengan lama hanya sekilas namun, jelas.

"Aisyah, aku beli es taro 2 ribu." Kesabaran Aisyah selalu habis saat menghadapi pembeli yang sangat ramai itu, bahkan amarah nya selalu tumpah kepada siapa pun, bahkan orang yang tidak bersalah pun mengenai semprotan amarah dari mulut Aisyah. Lelah menjadi seorang Aisyah tapi itu adalah amanah dan amanah itu harus di jalan kan dengan ikhlas. Tapi insya Allah lelah yang Aisyah rasakan menjadi Lillah. Dan terkadang Aisyah sering tertidur di kelas, ya Aisyah memang sering mengantuk di kelas tapi, rasa kantuk nya itu di sebabkan karena rasa lelah atau pun capek ditambah lagi Aisyah selalu telat tidur malam.

"Khemmm..." Aisyah kaget ketika mendengar laki-laki berdehem. Bertapa malu nya Aisyah saat melihat laki-laki yang dia sukai melihat Aisyah tertidur di kelas.

"Bangun woy."Adam tersenyum melihat wajah Aisyah yang sedang tersipu malu. Aisyah pun akhirnya kembali menegak kan posisi duduk nya sambil nyengir kuda pada Adam, ada rasa kesal diri Aisyah, karena jika dia belum berdiri tegak Adam akan terus mengganggu nya sampai Aisyah benar-benar bangun.

"Aisyah tidak tidur Adam." Ucap Aisyah bohong, semua orang pasti bisa lihat Aisyah yang sedang menahan kantuk.

"Apaan orang mata kamu tidur kok." Jawab Adam yang tidak mau kalah karena Adam melihat dengan matanya sendiri jika Aisyah memang tidur. Jarak duduk Adam dan Aisyah memang tidak jauh sehingga jika Aisyah tidur Adam bisa melihatnya.

Setelah usai pelajaran Aisyah membereskan buku-bukunya, hari ini Aisyah pulang bersama Fatimah dan Hawa, diperjalanan mereka bercerita tentang ketampanan Adam, laki-laki sholeh, taat beribadah, pintar, anak marawis siapa sih yang gak suka sama dia.

"Mungkin Adam suka sama kamu Hawa." Ledek Fatimah, Aisyah hanya tersenyum agar rasanya tidak diketahui oleh 2 sabahatnya itu, ada rasa sakit pada hati Aisyah setiap kali Hawa bicara soal Adam.
Ada rasa pilu yang Aisyah rasakan, ada luka yang tak nampak,"Fatimah, Hawa aku duluan ya, soalnya hari ini aku udah janji mau ketoko buku." Katanya yang takut hatinya akan semakin sakit mendengarkan kedekatan Hawa dan Adam akhir-akhir ini.
Fatimah dan Hawa menoleh, "Baiklah Aisyah, kami duluan ya." Fatimah dan Hawa pun meninggalkan Aisyah didepan Halte.

Aisyah tersenyum, “Hati-hati ya.” Katanya lalu tanganya melambai pada angkot yang akan menghamtarkannya ke Gramedia.

Aisyah berjalan memasuki mall itu sungguh luasnya Gramedia. Aisyah memang sedang mencari novel untuk dia baca hari ini, karena sudah tidak punya bacaan lagi, Aisyah terus berjalan menelusuri rak yang berisi novel-novel dengan cover yang menarik untuk dibaca, yang akhirnya hati Aisyah tertarik pada novel yang berjudul "Sebening Syahadat" Karya Diva S.R . Dibelinya novel itu.

####

"Aisyah..." Pangilan Bundanya terdengar dari balik pintu, membuat Aisyah malah semakin menangis sebenarnya apa yang terjadi pada putrinya itu? Batin Adiba. Khawatir terjadi apa-apa akhirnya Adiba pun masuk kedalam kamar putrinya.

"Hey kenapa anak Bunda menangis?" Tanya Adiba heran.

Aisyah pun memeluk Adiba erat, "Bunda, Aisyah terharu baca novel ini." Jawab Aisyah lirih.


"Kebiasaan kamu nih, Bunda kira kamu kenapa." Pekik Adiba saat tau apa alasan putrinya menangis, diliriknya buku yang Aisyah pegang. “Bikin Bunda khawatir aja,”

Aisyah hanya tersenyum mendengar omelan Bundanya, memang kerap kali ia mendapatkan omelan hanya karena tertawa geli saat baca novel dan kini ia menangis pun Bundanya mengomel, "Hehehe... Maaf Bun, habisnya ceritanya sedih.” Katanya memohon maaf, Bundanya pun geleng-geleng melihat kelakuan Aisyah.

Bunda kok tumben rapi, Bunda mau kemana?" Tanya Aisyah, melihat penampilan Bundanya.

"Bunda mau pergi keluar sebentar ya, kamu jaga diri baik-baik dirumah" Katanya lalu mengusap lembut kepala Aisyah.

"Baik Bun." Jawab Aisyah sambil tersenyum, tidak lupa Aisyah pun mencium punggung tangan Adiba ketika Adiba hendak pergi, menurut Aisyah mencium tangan kedua orang tua sama halnya dengan meminta ridho nya, dan Aisyah yakin bahwa apa yang sudah menjadi kebisaannya itu sebagian dari sopan santunnya kepada orang tua. Aisyah pun kembali membaca novel Sebening Syahadat. 

####

Saat pagi hari Aisyah berjalan dengan Fatimah dan Hawa melewati lorong kelas hingga akhirnya kedua mata Aisyah bertemu dengan sosok laki-laki yang sedang bersama Dimas tapi, Aisyah sudah janji pada dirinya sendiri jika dia tidak akan menampakkan rasa sayangnya pada para sahabatnya, Aisyah pun hanya menunduk dan pura-pura tidak memperhatikan siapa yang ada didepannya, ketika Aisyah dan sahabatnya melewati sekumpulan sekumpulan cowok itu. Sahabat Aisyah pun tersenyum kepada Dimas dan Adam tapi, tidak dengan Aisyah yang hanya menunduk. 

Ketika sampai didalam kelas Aisyah dan Fatimah sedang bercerita tiba-tiba Adam memanggil Fatimah, namun sebelumnya mata Adam sempat bertemu dengan mata Aisyah yang coklat. "Fatimah, apakah kamu tau tulisan siapakah ini?" Tanya Adam yang duduk disebelah Fatimah sambil mengulurkan sebuah kertas yang berisi tulisan bahasa inggris "You are my everything"

Fatimah mengernyit bingung dengan pertanyaan Adam, "Coba berikan kertasnya" Pinta Fatimah, Adam pun langsung memberikannya dan meminta Fatimah untuk tidak memberitahukan itu pada siapa pun.

Fatimah memandang kertas ditangannya, dan mengingat-ingat siapa pemilik tulisan itu, "Oooh...ini tulisan Hawa, dapat dari mana ini?" Katanya antusias seperti michael faraday, sang penemu listrik pertama kali.

"Hawa?” Tanya Adam sedikit terkejut, “Ini... aku menemukannya dari atas meja." Adam heran, dia tidak tau maksud surat itu, apa Hawa sengaja menaruhnya di mejaku, agar aku tau jika dia menyukaiku? Dan apa maksudnya? Batin Adam bertanya-tanya karena sebelumnya dia tidak percaya akan gosip teman-temannya yang beredar minggu lalu namun, Adam adalah orang yang acuh tak acuh terhadap apa yang orang katakan.

"Iya itu tulisan Hawa, cie-cie kau segalanya bagiku..." Ledek Fatimah sambil menerjemahkan arti tulisan itu sedangkan Adam hanya tersenyum bingung.

Saat Aisyah kembali duduk disamping Fatimah, gadis itu pun langsung memberi tau Aisyah yang sedang asik menulis.
"Benarkah itu Fatimah?" Aisyah pun terkejut mendengar ucapan Fatimah, Hawa? apakah benar Hawa menyukai Adam? Aisyah pun langsung meletakan pulpen dan fokus mendengarkan cerita Fatimah.

Fatimah mengangguk, "Iya, Adam barusan nanya, tulisan siapa ini?" Ucap Fatimah mulai menceritakannya. Jujur saja Fatimah pun tidak percaya dengan kelakuan Hawa yang mulai dekat-dekat dengan sampai berani mengirim surat pada Adam.

"Aisyah tidak menyangka, jika Hawa benar-benar menyukai Adam" Ucap Aisyah lirih, "Berarti kecurigaanku selama ini benar, Fatimah." Ucap Aisyah dengan ekspresi wajahnya yang kaget dan setelah itu ia memanyunkan bibir. Bingung.

Ketika pelajaran berlangsung, kini pelajaran biologi, saat guru itu sedang menjelaskan yang Aisyah sendiri tidak mengerti akan apa yang sedang guru itu jelaskan, Aisyah malah asik dengan pikirannya sendiri, dari pada bosan Aisyah pun langsung membuka buku diarynya yang selama ini menemani perjalanan hidupnya dan sudah menjadi kebiasaan Aisyah yang selalu menceritakan kejadian dan perasaannya pada kertas putih yang ia miliki itu.

"Diary Aisyah...
Jika memang kamu tidak pernah mencintai ku
Aku ikhlas melepaskan mu...
walau aku tak sanggup jika pilihan mu adalah
sahabat ku sendiri...
Asalkan dirinya bisa membuat mu bahagia
karena kebahagian mu adalah kebahagian untukku juga
dan kesedihanmu adalah luka di hatiku...

 

Tanpa Aisyah sadari Fatimah membaca curahan hatinya, dan Fatimah sangat mengerti dengan perasaan Aisyah selama ini. “Jodoh itu tidak kemana Aisyah,” Ucap Fatimah membuat Aisyah kaget dan langsung menutup bukunya. “Tidak perlu kau cerita pun aku tau bahwa kamu suka dengan Adam, Aisyah.” Lanjutnya membuat Aisyah tersipu malu bahwa kini rahasianya telah diketahui sahabatnya.

“Aku mohon jangan beritahu ini pada siapa pun Fatimah.” Pinta Aisyah pada Fatimah sambil memohon, sungguh ia tidak ingin perasaannya diketahui oleh siapapun.

Fatimah sangat mengenal Aisyah, sahabatnya ini sangat anti dengan yang namanya pacaran, bahkan buat jatuh cinta dengan cowok pun dia sangat takut. “Iya aku gak bakal kasih tau, yang sabar ya Aisyah, jodoh mah gak bakal kemana kok.” Ucapnya sambil tersenyum, Aisyah pun membalas senyuman itu canggung.

####

"Aisyah, kenapa diam?" Tanya Zahra memperhatikan wajah Aisyah yang teduh, Hawa pun ikut menghampiri tempat duduk Aisyah saat mendengar pembicaraan Zahra. Hawa takut jika terjadi apa-apa dengan sahabatnya.

Aisyah menoleh dan melihat Hawa dan Zahra yang sudah mengumpul dimejanya, melihat Hawa hati Aisyah terasa sakit, tapi Aisyah tidak boleh egois, "Tidak kenapa-apa Zahra, Aisyah tidak menyangka saja." Jawab Aisyah dan menutup buku diarynya.

Zahra mengangkat sebelah alisnya bingung, "Tidak menyangka kenapa?" Tanyanya tidak mengerti dengan perkataan Aisyah.

"Lupakan saja tidak penting, yang terpenting aku tidak suka dikhianati." Jawab Aisyah sambil tersenyum miring. Jujur saja kini ia merasa sulit untuk tersenyum.

"Aisyah benarkah ada anak kelas IX B menyukaimu?" Tanya Raisya saat tidak sengaja mendengar pembicaraan teman kelasnya itu. Tatapan matanya terlihat jelas bahwa Raisya tidak suka. Aisyah menggeleng tidak mau tau akan gosip itu.

Zahra yang baru mendengar gosip itu langsung marah, "Tidak! Zahra tidak setuju jika Aisyah sama Fahri!" Ucap Zahra sambil memukul meja, entah kenapa Zahra tidak menyukai hubungan Aisyah dengan Fahri. Ditambah lagi Fahri adalah anak kelas XI B anak baru yang telah mencari masalah dengan anak kelas XI A, anak kelasnya.

"Aku dengar kemarin kamu nangis, saat mendengar Fahri pindah sekolah." Timpal Raisya, sang biang gosip itu terus menerus berbicara, membuat Aisyah menatapnya sinis, tanda tak suka.  

Raisya selain sang biang gosip ia juga ingin selalu tau masalah orang lain, dan kini Raisya berkata itu didepan Zahra dan Hawa. Aisyah melihat eksperesi Zahra dan Hawa saat mendengar celotehan Raisya, Aisyah ingin sekali membalas perkataan Raisya tapi, Fatimah sudah membelanya terlebih dahulu.

"Sok tau kamu Raisya, sudah deh tidak usah ikut campur urusan orang lain, urusin aja hubungan kamu tuh sama Dimas." Celetuk Fatimah sarkatis. Fatimah sendiri pun kadang suka kesal dengan Raisya.

Mendengar Fatimah bicara itu, wajah Raisya berubah jadi merah padam. "Aku sama Dimas sudah putus, puas kalian?" Tandas Raisya dan berlalu pergi. Sepertinya hati Raisya sedang terluka setelah putus dengan Dimas, Raisya memang sangat mencintai Dimas namun, sepertinya Dimas hanya bermain-main saja menjalani hubungan dengan Raisya. Kasihan sekali Raisya.

Aisyah hanya diam mendengar pertengkaran teman-temannya, yang hanya memikirkan percintaan yang tidak pernah berakhir. Ketika pelajaran dimulai Aisyah terlihat fokus mendengarkan guru yang sedang menjelaskan. Rasa kantuk pun mulai menyerangnya.

Pelajaran kimia membuat Aisyah semakin merasa bosan, rasa kantuknya pun tak bisa dicegah. “Fatimah, aku ngantuk banget masa.” Ucapnya lirih, matanya terlihat sayu. Fatimah hanya geleng kepala melihat Aisyah yang sedang menahan kantuk

Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi. Aisyah!!!” Aisyah kaget saat mendengar namanya dipanggil. “Kamu sholat tahajud berapa roka’at Aisyah?” Tanya Pak Eza sarkatis.

Aisyah merasa malu saat mendengar anak kelas menertawainya, Aisyah hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Pak Eza yang ironis. Aisyah kaget saat Pak Eza mengejeknya dengan Adam, siapa pun yang menjadi Aisyah pasti akan merasa malu diperlakukan seperti itu oleh guru apalagi didepan orang yang kita sukai.

####

Setelah pelajaran usai sebenarnya ia ingin pulang bersama Hawa tapi, sepertinya Hawa sedang menunggu Adam entah ada urusan apa Hawa sama Adam tapi, Aisyah berusaha buat berpikir positif yang akhirnya Aisyah pulang bersama Zahra dan Salma.

Di perjalanan Aisyah melihat jika Hawa sedang bercanda dengan Adam, Hati Aisyah merasa terluka melihat pemandangan itu, air matanya seakan-akan ingin keluar namun, Aisyah berusaha menahannya karena ia tidak ingin menangis didepan Zahra dan Salma.

"See You Aisyah." Ucap Zahra dan Salma ketika sampai di pertigaan rumah Aisyah, rumah Salma dan Aisyah memang berlainan arah dengan Zahra dan Salma. Aisyah pun tersenyum Sambil melambaikan tangannya.

Sesampai dirumah Aisyah langsung masuk kekamarnya dan termenung didepan cermin sambil memikirkan wanita yang Adam sukai dan akhirnya air mata Aisyah tumpah setelah beberapa detik ia tahan, mendengar suara ketukan pintu, Aisyah pun langsung menyerka air matanya.

"Aisyah." Panggil Fatimah dengan bunyi pintu yang terbuka, “Maaf aku tidak mengabarkanmu terlebih dahulu jika aku akan kemari, aku ingin bercerita denganmu Aisyah.” Fatimah langsung meminta maaf kepada Aisyah.

Fatimah meraih dagu Aisyah, dan kaget melihat mata Aisyah yang sembab. "Kamu habis menangis Aisyah? Ada apa denganmu?" Tanya Fatimah khawatir, dan duduk disamping Aisyah. 

Aisyah menatap sahabatnya itu, tangannya mengusap-usap matanya, "Aku gak nangis kok, tadi terkena debu dijalan, Aku tidak kenapa-apa." Jawab Aisyah sambil tersenyum.

Fatimah sangat tau bagaimana sahabatnya ini, "Mulut mu boleh berkata bohong tapi, mata mu tidak bisa Syah." Ucap Fatimah. Aisyah menunduk sedalam-dalamnya mencoba untuk menguatkan hatinya agar tidak rapuh didepan sahabatnya.

"Assalamualaikum." Ucap Hawa kemudian sambil meletakkan tasnya dilantai. Aisyah maupun Fatimah langsung menoleh kearah pintu. Ternyata Hawa.

"Wa'alaikumsalam."Jawab Aisyah dan Fatimah.

Hawa menghampiri kedua sahabatnya itu, awalnya ia kaget melihat ada Aisyah dikontrakannya, "Kamu kenapa Aisyah?" Tanya Hawa sambil duduk didekat Aisyah.

"Mmm... Aku mau shalat dulu Fatimah." Ucap Aisyah dan berlalu pergi, Aisyah sangat kecewa dengan apa yang dilihatnya tadi. Egonya lebih besar dari keinginannya.

“Owh mukenanya dikamar aku ya Syah,” Teriak Fatimah yang masih terdengar oleh Aisyah.

"Fatimah, ada apa dengannya?" Tanya Hawa sebelah alisnya terangkat bingung.

"Aku tidak tau pasti Hawa, tapi sepertinya dia sedang sakit hati." Jawab Fatimah sambil menggelengkan kepala dan berlalu mengambil mukena dan bergegas turun untuk menunaikan ibadah shalat dhuhur.

Diatas sajadah Aisyah sedang memohon pada sang pemilik hati, perasaannya pada Adam membuat Aisyah bingung apa yang sebenarnya ia rasakan.

“Tuhan sebenarnya apa yang sedang aku rasakan, aku sangat mencintai Adam ya Allah, tapi aku takut akan pedihnya adzabmu,

####

Sejak kejadian seminggu yang lalu Aisyah pun mulai menjahui Adam, entah kenapa Aisyah merasa jika kedekatan nya dengan Adam nanti akan menyakiti dirinya. Dan akhirnya Aisyah memutuskan untuk menjahui Adam sampai hati dan pikiran nya tenang dan sampai tidak akan ada nama Adam lagi dipikiran nya yang terus menganggunya. Intinya Aisyah harus lebih fokus lagi belajar karena sebentar lagi adalah kelulusan kelasnya. Begitu pun dengan Adam yang merasakan perubahan Aisyah. Dan bukan Adam saja yang Aisyah jauhi namun, semua sahabatnya termasuk Hawa dan Dimas.

"Fatimah, kenapa sih Aisyah?" Tanya Dimas saat bertemu dengan Fatimah di lorong kelas.

"Kenapa apanya?" Fatimah merasa bingung dengan pertanyaan Aisyah.

"Ya, akhir-akhir ini dia selalu menghindar saat melihat ku." Jawab Dimas dengan mengerutkan kening nya.

"Mmm... Aku sih belum tau pasti ya, tapi menurut ku Aisyah itu menjadi diam setelah membaca surat dari Hawa dan mungkin Aisyah ingin pokus lagi menghafal Al-quran." Ucap Fatimah, ya bukan hanya Dimas yang Aisyah jauhi melainkan Fatimah pun merasakan itu.

"Memangnya ada apa Aisyah dan Hawa?" Tanya Dimas penasaran.

"Maaf aku tidak bisa memberitahu mu Dimas, nanti juga Aisyah bakal cerita sama kamu." Jawab Fatimah.

"Baiklah jika kamu tidak mau menceritakannya padaku, dan sampaikan salam ku untuk Aisyah, aku rindu dia yang dulu. Assalamualaikum." Dimas pun meninggalkan Fatimah dan berlalu dengan cepat.

"Wa'alaikum salam." Ucap Fatimah dengan wajah heran.

Begitu banyak orang yang merindukan sosok Aisyah, dari kalangan anak-anak mau pun kalangan ibu-ibu yang juga merindukan Aisyah, sudah seminggu lebih Aisyah menjadi pendiam sehingga membuat Majlis Nurul Huda menjadi sepi tanpa kehadiran Aisyah. Begitu pun TPA anak-anak kecil yang sudah mendapatkan guru ngaji baru sehingga Aisyah tak lagi mengajar di sana. Fatimah juga baru tau jika perubahan nya akan seperti ini.

Fatimah pernah menemukan sekertas surat milik Aisyah yang jatuh dari buku diary Aisyah dan Fatimah pun membacanya.

Bukan untuk merasakan sakit yang aku punya tetapi agar kau tahu bagaimana aku yang selalu sabar, merela dan ikhlas saat aku selalu kau sakiti

Di saat aku menyuruh mu mencari yang lebih baik

Karna aku sadar aku belum bisa yang terbaik di mata mu..
Saat itu juga kamu melepaskan aku ya dengan menyebut nama allah..

Begitu sakitnya hatiku mendengar itu
Mungkin aku wanita bodoh yang tidak pernah di harapkan dari dulu....
Aku yang selalu ingin dipertahan kan
Namun kau melepaskan
Dan aku berfikir .ya memang aku bukan yang terbaik menurut dia..
Berlari lah dengan cepat jangan pernah kau menoleh lagi pada orang yang suka berdebat....

Datang dan pergi diri ini seperti pengemis...tapi aku bukan pengemis....sebenarnya aku selalu ada untuk dia namun dia tidak menginginkan kehadiran ku...

Aku sudah berusah semampuku
Aku sudah berjuang sebisaku
Bnyak ketidak sengajaan bicaramu mnyakiti hati ku
Sesakitini kah mencintaimu
Selamat kehilangan wanita terbodoh di hidupm

                                               &&&

2 Tahun sudah Hawa tidak pernah berbicara dengan Aisyah, Hawa merasa kehilangan sahabat terbaiknya, Hawa merindukan sosok Aisyah, tidak ada lagi sosok Aisyah yang mengusap air mata Hawa ketika menangis, tidak ada lagi Aisyah yang selalu ada bersamanya kemana pun Hawa pergi, tidak ada lagi seseorang yang mampu membangkitkan semangat Hawa kecuali Aisyah, dan tidak ada lagi canda dan tawa yang Hawa rasakan seperti dulu saat bersama Aisyah.

"Aisyah, kita makan di kantin yuk." Ucap Fatimah sambil menarik tangan Aisyah, saat Hawa mendengar nama Aisyah sontak Hawa kaget dan ternyata ada Aisyah dan Fatimah disebrang sana yang ingin menuju kantin.

"Aku rindu kamu Aisyah." Ucap Hawa diiringi air mata yang mengalir, begitu lama nya Hawa dan Aisyah berpisah dan tak pernah berbicara, Mungkin dulu Hawa adalah sahabatnya tapi, kini Hawa bukanlah sahabat Aisyah lagi, Maafkan aku Aisyah. Aku sudah bersikap egois sama kamu,"

"Baiklah, baiklah." Ucap Aisyah sambil tertawa kecil, Aisyah merasa ada yang kurang dari kebahagiannya, cukup buat luka yang Aisyah rasakan dulu, dan kini Aisyah pun masih tak mampu untuk berbicara kepada Hawa sahabatnya, kekecewaan telah menggoreskan luka dihatinya dan kepercayaan Aisyah kepada Hawa telah hilang saat Hawa mengkhianatinya.

Keegoisan cinta telah menghancurkan persahabatannya.

Setelah sampai dikantin Fatimah dan Aisyah pun mulai memesan makanan dan minuman untuk hari ini.

"Aisyah, kamu masih marah sama Hawa?" Tanya Fatimah setelah mendengar cerita dari Aisyah.

"Jujur Fatimah, aku rindu Hawa namun, aku tidak bisa lagi jika harus seperti dulu." Jawab Aisyah sambil menunduk dan wajah yang teduh.

"Aku mengerti Aisyah tapi, apakah kamu mau persahabatan kita hancur gara-gara laki-laki." Tanya Fatimah.

"Aku tidak ingin itu terjadi Fatimah, tapi apakah aku salah jika aku ingin Hawa menjelaskan semuanya kepadaku akan tulisan yang ada dibuku diarynya?" Jawab Aisyah, karena Aisyah merasa kecewa saat melihat tulisan dibuku diary Hawa yang tertulis SLSR dengan tulisan kapital. Dan sampai sekarang Hawa belum memberitahu maksud dari tulisan itu. Dan dibuku Hawa pun tidak ada bukti jika Hawa menganggap Aisyah sabagai sahabatnya melainkan hanya ada nama Zahra didalam buku itu.

"Silahkan dimakan mba." Ucap seorang perempuan dengan umuran 16 tahun, namun entah hal apa yang membuatnya berhenti sekolah dan harus bekerja dikantin.

"Terima kasih." Ucap Aisyah kepada perempuan itu, " Ayo, kita makan Fatimah."

"Huh, sepertinya punyaku pedas sekali ini." Sudah menjadi makanan frovorit Aisyah dan Fatimah makan bakso dikantin.

Aisyah dan Fatimah pun memakan bakso dengan lahap, dan tiba-tiba ponsel Aisyah bergetar dan menampilkan pesan dilayar ponselnya.

Grup TPA An-nisa

"Ka Aisyah, ka Aisyah dimana? Kami rindu ka Aisyah." 

"Ka Aisyah juga rindu kalian anak-anak, tanpa ka Aisyah kalian harus lebih semangat lagi dalam menghafal al-quran, Insya Allah jika ada waktu kakak akan main kesana." 

"Ka Aisyah, jangan lupa dengan kita ya, jika ka Aisyah sudah sukses."

Aisyah merasa sedih mendapatan pesan dari anak TPA nya, sudah lama Aisyah tidak pernah mengunjungi tempat anak-anak TPA, ujian kelulusan membuat Aisyah mengundurkan diri dari TPA, dan kini setelah Aisyah lulus Aisyah tidak pernah mendapat kabar tentang anak-anak TPA.

"Ada apa Aisyah?" Tanya Fatimah melihat mata Aisyah yang mulai berlinang.

"Fatimah anak-anak TPA mengirim pesan padaku, mereka bilang mereka rindu denganku. Aku jadi sedih dan rindu pada mereka."Jawab Aisyah masih menatap ponsel kecilnya.

"Owhh, iya Aisyah semenjak 2 minggu yang lalu ibu Saidah dan anak TPA mencarimu," Ucap Fatimah

"Duh, bagaimana jika aku pergi ke Tukry nanti Fatimah, kasihan sekali anak-anak itu." Ucap Aisyah merasa jika kepergian nya nanti akan membuat semua orang merindukan nya.

"Syah, bukan hanya anak-anak TPA yang rindu denganmu, Dimas pun juga merindukan sosokmu." Ucap Fatimah yang menambah kesedihan pada diri Aisyah.

"Aku sudah bertemu dengan Dimas, dan aku pun sudah bercerita banyak kepadanya, owh iya Dimas bilang dia ingin kuliyah di Bandung, dan minggu kemaren dia berangkat," Ucap Aisyah.

"Ingat Aisyah jangan pernah lupakan aku ya, dimana pun kamu berada dan jika kamu rindu kepada ku kembali lah ke Indonesia, disini aku akan menunggumu." Fatimah pun memeluk Aisyah dengan erat, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang tulus dari seorang sahabat.

Suasana pun menjadi haru, Aisyah pun merasa waktu untuk bersama sahabatnya telah habis tinggal nunggu hitungan hari Aisyah akan pergi ke Turky negara impian Aisyah dari kecil, dan sahabatnya juga selalu mendukung apa yang Aisyah inginkan karena baginya sahabat akan menjadi sahabat selamanya, begitu pun janji Aisyah yang tidak akan melupakan Fatimah, Salma, Hawa, Zahra maupun Dimas. Sekesal-kesalnya Aisyah pada Hawa namun, Aisyah selalu memperhatikan Hawa dari kejauhan meski pun begitu sakit bagi Aisyah ketika melihat Hawa sedang bersama Adam, namun Hawa adalah sahabatnya dulu dan selamanya akan menjadi sahabat.

"Aisyah, aku rindu kamu, aku ingin kita seperti dulu, maafkan aku yang sudah bersikap egois sama kamu, jika kamu menjauhiku hanya karena kamu cemburu dengan Adam, baiklah Aisyah sekarang dan selama nya aku tidak akan lagi dekat dengan Adam asalkan kamu mau berteman dengan ku lagi. Mungkin kamu sudah tak mengganggap ku sahabat lagi"

"Jangan lakukan itu Hawa, aku akan selalu mengganggapmu sahabat selamanya." Ucap Aisyah menghampiri Hawa yang sedang terpuruk dalam kesedihan, entah kenapa Aisyah merasa sedih dan bersalah kepada Hawa. Dan ucapan Hawa membuat Aisyah sadar tidak seharusnya Aisyah tidak menjahui Hawa hanya karena sikap egoisnya Hawa.

"Aisyah maafkan aku, maafkan aku Aisyah." Hawa langsung menjatuhkan tubuhnya dipelukan Aisyah. Tentunya Hawa terkejut melihat kehadiran Aisyah.  

"Hawa aku sudah memaafkanmu, dan aku marah padamu bukan karena Adam." Jelas Aisyah, kini air mata Aisyah mulai mengalir, pelukan Hawa membuat Aisyah merasa kini kehabagiannya telah kembali, entah kenapa Hawa menangis sampai terdengar isak tangisnya seakan-akan Hawa telah melakukan banyak kesalahan.

"Ais-yah ma-af kan a-ku yang pernah men-cintai Fahri, ma-af kan aku yang su-dah meni-nggalkanmu sen-diri, ma-af kan aku ya-ng sudah men-jauhi mu kare-na aku kira ka-mu marah pada ku karena aku su-ka dengan Ad-am." Sungguh begitu jahatnya Hawa pada Aisyah, padahal dulu Hawa sangatlah baik dengan Aisyah, namun. Cinta telah merubah sikap, kelakuan dan tentunya telah menghancurkan persahabatan mereka.

"Hawa, sudahlah yang lalu biarlah berlalu, kini aku sudah melupakan Adam lagian juga aku sudah mengikhlaskan dia jika harus dimiliki orang lain, dia mencintaimu Hawa." Ucap Aisyah sambil menatap Hawa, kini air mata kedua sahabat ini telah dibasahi oleh air mata kerinduan dan penyesalan.

"Tidak Aisyah! Aku tidak akan memilikinya percayalah aku sahabatmu, aku tidak sekejam yang kamu pikirkan, aku akan mendekatkan kembali Adam dengan mu Aisyah, aku tau cinta mu tulus untuk nya." Kini Hawa yakin dengan janji nya karena Adam bukan lah siapa-siapa nya dan Aisyah adalah sahabat nya, walaupun tidak mudah untuk melupakan orang yang telah hadir dalam hidupnya.

"Tidak perlu Hawa! Sebentar lagi aku akan berangkat ke Turky, dan disana aku akan memulai kehidupanku yang baru, Adam bukanlah jodoh ku Hawa, banyak ketidak serasian antara aku dan Adam," Ucap Aisyah sambil tersenyum membuat Hawa yakin jika Adam bukanlah jodohnya biarkan Allah yang menentukan siapa jodoh Aisyah nanti yang pasti itulah yang terbaik buat dirinya.

"Aisyah, mungkin kita tidak bisa kembali seperti dulu, tapi aku bahagia pernah bersamamu dan aku berharap kita tetap bersama  untuk selama nya, namun aku tidak bisa memaksakan keinginan mu Turky adalah kota impian mu dulu, dan kini telah tiba waktu kamu untuk mengunjungi kota impian mu. Percaya lah aku akan menunggu mu disini." Kini pelukan hangat kembali Aisyah rasakan.

"Doa kan aku Hawa." Ucap Aisyah.

 -Persahabatan sejati adalah ketika kamu harus melihat sahabatmu pergi dan mengetahui kamu tidak akan melihatnya lagi. Tapi kamu tahu ia akan selalu berada di dalam hati dan pikiranmu selamanya.

2 Minggu kemudian, Aisyah dan ayahnya pergi ke Stasiun Soekarno-Hatta yang berada didaerah Jakarta, tepat jam 06:15 pagi, Aisyah baru selesai mandi karena Aisyah tidak ingin berangkat pagi-pagi, Aisyah pun memantulkan dirinya dicermin dan melihat hijab yang akan ia pakai nanti. Sungguh telah sampai waktu nya untuk berhijrah, Jakarta adalah kota kelahiran nya dan kini Aisyah harus meninggalkan kota tersebut, begitu banyak kenangannya bersama Zahra, Salma, Fatimah, dan Hawa. Seminggu lalu Salma telah berangkat ke Kairo untuk kuliah dan melanjutkan studynya dibidang tahfidz. Begitu pun dengan Zahra dan Hawa yang telah kuliah di universitas Bandung dalam bidang kedokteran, dan juga Fatimah yang kuliah di universitas Gunadarma di Depok, dan sekarang adalah hari keberangkatan Aisyah ke Tukry setelah menjalani tes seminggu yang lalu. Ada rasa sedih dalam lubuk hatinya kini air mata Aisyah mengalir entah kenapa Aisyah teringat dengan Adam. Semenjak Aisyah tau kedekatan Adam dan Hawa, dan semenjak kelulusan sekolah Aisyah tidak pernah tau kabar Adam. 

 

“Astagafirullah Aisyah, kenapa kamu tega melakukan ini kepadaku?”

“Apa katamu Hawa?” Aisyah terkejut dan menatap Hawa bingung.

“Kenapa kamu mencoba meracuni makananku Aisyah.”

Aisyah menatap sekelilingnya, dia tidak menyangka bahwa Hawa akan memfitnahnya didepan Adam dan teman kelasnya. Tubuhnya terasa bergemetar saat melihat semua orang menatapnya.

“Aisyah, bukankah Hawa sahabatmu? Kenapa kamu tega melakukan ini semua?” Alfa ketua kelas 12 A mulai bertindak.

Aisyah menatap Hawa tidak percaya, “Hawa.” Katanya lirih.

“Kenapa Aisyah? Aku tau kamu benci denganku karena sikapku kan?” Hawa menatap Aisyah dan Adam. “Kamu salah faham Aisyah, aku dan Adam tidak ada hubungan apa-apa, tapi kamu membenci ku karena aku selalu dekat dengannyakan.”

“Ini semua fitnah!” Teriak Aisyah geram. Air matanya mulai mengalir, Aisyah tau ini semua Hawa lakukan agar Adam membencinya.

Adam menatap Aisyah, “Saya kecewa dengan kamu Syah,” Katanya bagaikan petir ditelinga Aisyah, Adam membuang bukunya dengan kasar lalu pergi keluar kelas. Meninggalkan luka di hati Aisyah.

"Aisyah..." Ucap seseorang dari luar pintu kamar Aisyah memangilnya. Membuat lamunannya buyar.

Aisyah pun refleks langsung menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat, Aisyah pun langsung mengusap air matanya dan menghampiri gagang pintu untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Iya, tunggu sebentar." Ucap Aisyah dan ternyata itu adalah Adiba. "Umi, aku kira siapa." Ucap Aisyah sambil tersenyum manis.

"Sayang kamu cantik banget sih," Adiba memuji kecantikan wajah Aisyah.

"Benarkah umi? Tapi, Aisyah malu berpenampilan seperti ini." Aisyah memang baru tampil dengan pakaian muslimah dengan hijab yang lebar dan gamis pink yang mengambarkan kecantikan wajah Aisyah yang masih muda.

"Benar nak, kamu mirip seperti Siti Aisyah, cantik dan anggun." Ucap Adiba sambil tersenyum. Tangannya mengusap kepala Aisyah yang tertutup hijab.

"Kok, mirip Siti Aisyah? Kan aku anak umi?" Adiba pun tertawa saat mendengar ucapan Aisyah.

"Sayang, kamu sudah siapkan semuanya? ayah mu sudah menunggu diluar." Tanya Adiba sambil mengelus wajah Aisyah dengan lembut.

"Sudah umi," Jawab Aisyah sambil menunjuk tas kesayangan nya yang akan ia bawa.

Aisyah dan Adiba pun akhirnya berjalan menuju halaman rumahnya, Aisyah adalah putri ke 2 dari keluarga Adiba Salsabila dan Azmi, anak pertama nya bernama Nafisya Az-zahra yang sedang melanjutkan study nya di Jogyakarta, kini Adiba dan Azmi harus melepaskan Aisyah juga untuk melanjutkan studynya di Turky. Walaupun Turky sangat lah jauh tapi Adiba dan Azmi tidak bisa melarang Aisyah untuk kuliyah diUniversitas terdekat. Karena mereka percaya pilihan anaknya adalah yang terbaik untuk orang tuanya. 

Sebelum Aisyah berangkat para sahabatnya datang untuk melakukan perpisahan kepada Aisyah.

 

Hari ini adalah hari terakhir bagi ku melihat mu, setelah aku menerima ucapan ulang tahun aku merasa kamu masih peduli dengan ku. Namun saat kamu berkata kamu tidak pernah menyayangi ku aku rasa itu sudah jelas.
Selamat tinggal! Dan mengenal mu adalah suatu anurgah dari tuhan, dan kamu adalah kenangan SMA ku, dan kenangan itu harus aku ingat tapi masa lalu adalah masa lalu yang tidak akan bisa jadi masa depan. Bukan?.
 "Aku tidak suka dengan Aisyah!"Tegas Adam
"Lantas, mengapa kamu bersikap begitu sama Aisyah?" Tanya Fatimah, ia kesel dengan sikap Adam yang playboy, dan genit dengan cewek.
"Begitu bagaimana? sikap aku sama dia biasa aja kok."Jawab nya santai, Adam memang tidak pernah mau di salah kan, seakan-akan apa yang dia lakukan itu selalu benar.
"Terserah kamu Dam, Tapi perlu kamu ketahui Aisyah itu menyayangi mu, dan jangan pernah sakiti dia lagi, dan aku mohon jangan mendekati Aisyah lagi!"
Dari balik pohon Aisyah mendengar dan melihat dengan ke dua mata nya sendiri, "Aku tidak menyukai Aisyah." Perkataan itu seakan-akan terucap jelas jika selama ini Adam tidak pernah menyukai Aisyah, Harapan Aisyah hancur. Air mata nya terus menetes dia tidak percaya jika Adam mendekati nya hanya untuk mempermain kan perasaan nya saja.
Hiks...Hiks...Hiks...
"Ai-syah" Ucap Fatimah saat mendengar tangisan seseorang yang ternyata itu adalah tangisan Aisyah. Aisyah yang tau jika Adam dan Fatimah yang sudah mengetahui keberadaan nya segera melarikan diri dengan air mata yang mengalir di pipi nya.
"Aisyah..." Fatimah mencoba menghentikan langkah Aisyah namun, seperti nya teriakan nya di abaikan oleh Aisyah. Segera Fatimah mengejar Aisyah tanpa menghirau kan Adam yang sejak tadi hanya terpaku dan diam.
"Aisyah aku mohon berhentilah."Teriak Fatimah saat melihat cukup jauh jarak nya dengan Aisyah, namun Fatimah tau jika Aisyah pasti akan berhenti. Tapi tidak...
"Aisyah, awasss..."Teriak Fatimah.
Aghhhh... Aisyah terjatuh di jalanan, Fatimah segera menghampiri nya dengan rasa takut Fatimah teriak meminta tolong, kepala Aisyah mengeluarkan banyak darah, sehingga membuat Fatimah semakin panik.
"Ayo kita bawa dia ke rumah sakit neng." Ucap seorang laki-laki dan langsung membawa nya ke dalam mobil milik nya.
Sesampai di rumah sakit, Aisyah langsung menerima penanganan dari dokter, Fatimah pun semakin takut, apa yang akan terjadi dengan sahabat nya itu.
"Fat-fatimah..."Teriak seorang perempuan berhijab, dan Fatimah pun langsung memeluk perempuan itu. "Bagaimana keadaan Aisyah Fatimah?" Tanya perempuan itu.
"Aisyah masih di tangani oleh dokter. Bagaimana kamu bisa tau aku ada di sini Hawa?"
"Aku tau dari Adam, dia memberitahu ku jika Aisyah kecelakaan." Jawab Hawa, Fatimah heran dengan Adam, mengapa ia menyuruh Hawa? Mengapa tidak dia saja yang datang, aku yakin Aisyah butuh dia di saat dia sedang seperti ini, Tapi seperti nya Adam memang tidak pernah perduli dengan perasaan Aisyah kepada nya.
"Maaf, keluarga Aisyah?" Tanya seorang Dokter yang keluar dari kamar Aisyah.
"Iya saya teman nya Dokter." Jawab Hawa.
"Maaf, Aisyah mengalami Hemoglobin." Ucap Dokter. "Jika bisa segera mungkin carikan golongan darah yang sama dengan golongan darah A."Pinta Doter tersebut.
"Maaf Dokter, mungkin golongan darah saya sama dengan Aisyah." Ucap Fahri.
"Kamu yakin Fahri?" Tanya Hawa.
"Insya Allah Hawa, kebetulan golongan darah ku juga A." Jawab Fahri.
"Kalau begitu mari ikut saya."Dokter pun membawa Fahri ke ruang Blood Sampling untuk di ambil darah nya. Fahri mengangguk dan menoleh ke arah Fatimah dan Hawa berharap hasil tes nya akan sama, Fatimah pun tersenyum begitu pun dengan Hawa yang mengangguk.
"Fatimah, Hawa..." Teriak Adiba, dia adalah Umi nya Aisyah, "Bagaimana keadaan Aisyah Fatimah?" Tanya Adiba sambil menangis.
"Tenang Umi, percaya lah Aisyah akan baik-baik saja, tidak akan terjadi apa-apa dengan nya." Hawa memeluk Adiba sambil menenangkan nya.
"Umi, Aisyah mengalami Hemoglobin, kecelakaan itu cukup parah sehingga Aisyah kepala Aisyah banyak mengeluarkan darah."Ucap Fatimah menjelaskan kejadian yang di alami putri nya itu.
"Tapi, tenang Umi, Aisyah sudah menemukan pen donor darah nya."
"Siapa nak, siapa yang bersedia mendonor kan darah nya untuk Aisyah?" Tanya Adiba penasaran.
"Maaf Umi dia tidak ingin kita memberitahukan nya pada orang lain."Jawab Fatimah.
"Alhamdulillah, tes darah nya sudah berhasil dan hasil nya sama." Ucap Seorang Dokter sambil tersenyum.
"Dokter boleh kah sama bertemu dengan anak saya?" Tanya Adiba.
"Silakan, tapi jangan terlalu diajak bicara pasien nya. Dia masih butuh istirahat."Jawab Dokter sambil tersenyum. "Ya sudah saya permisi."Setelah Dokter pergi mereka pun masuk.
"Aisyah, kamu harus kuat sayang,"Ucap Adiba sambil membelai wajah cantik Aisyah yang kini wajah cantik  nya dihiasi dengan perban di kepala nya.
"Umi, hari sudah sore kami pamit pulang ya, Insya Allah besok setelah sekolah aku akan ke mari lagi."Ucap Fatimah dan Aisyah.
Sampai saat ini Aisyah belum sadar kan diri, luka di kepala nya membuat Aisyah tertidur lama, Malam hari Adam datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Aisyah, walau bagaimana pun Adam lah sebab kecelakaan Aisyah, "Apa yang aku lakukan kepada nya Sehingga ia masuk ruangan ini.?" Ucap Adam saat menjumpai kamar rawat Aisyah,  seketika rasa bersalah pun muncul dalam diri nya.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk! Siapa ya?" Pinta seseorang dari dalam, Adam pun langsung masuk.
"Assalamualaikum Tante." Ucap Adam saat menjumpai Adiba yang sedang duduk di samping wanita. Ya itu, Aisyah anak kesayangan nya.
"Wa'alaikum salam, Umi seperti kenal, tapi siapa ya?" Ucap Adiba seraya mengingat nama seorang laki-laki yang datang tengah malam ini.
"Adam Tante." Jawab Adam sambil tersenyum, Adam memang ramah dan sopan pada orang lain.
"Owhh iya, kemari nak."Ucap Adiba mempersilakan Adam untuk melihat Aisyah.
Aisyah maaf kan aku, maaf kan aku, ini semua gara-gara ku, tapi aku tidak bermaksud menyakiti mu Aisyah. 
Adam sadar selama ini ia telah menyakiti wanita sepolos Aisyah dan selembut Aisyah, tidak sepantas nya ia menyakiti hati nya, apa arti ilmu agama yang sudah ia pelajari jika sampai sekarang pun ia masih selalu menyakiti para wanita.
"Adam, Aisyah belum sadar kan diri dari tadi, luka di kepala nya membuat nya mengalami Hemoglobin." Ucap Adiba dengan mata yang berlinang. "Adam, Umi mau minta tolong sama kamu."
"Minta tolong apa U-mi." Tanya Adam dengan sopan, kali ini Adam memanggil Adiba dengan sebutan Umi.
"Aisyah anak satu-satu nya yang Umi punya, Umi tidak memaksakan kamu untuk mencintai nya namun, Umi mohon jaga perasaan Aisyah." Kali ini Adiba meneteskan air mata, Adiba sangat tau bagaimana perasaan Aisyah kepada laki-laki yang bernama Adam ini, walaupun Aisyah tidak pernah cerita apa pun tentang laki-laki ini tapi, Adiba pernah melihat nya berdoa untuk laki-laki yang bernama Adam ini.
"Maaf kan aku Umi, jika aku sering melukai hati Aisyah. Aku berjanji umi aku tidak akan menjaga perasaan nya. " Adam merasa bersalah, ia telah melukai Aisyah dan sudah membuat Adiba menangis.
"Terima kasih nak, jika begitu Umi pamit ke kamar mandi sebentar ya." Adiba pun keluar dari ruangan, hanya ada Adam dan Aisyah di kamar itu, Adam bingung kenapa dia sudah menyia-nyia kan wanita selembut Aisyah. Tangan nya menyentuh Aisyah.
"Aisyah, bangun Aku di sini, aku minta maaf tentang kejadian tadi, jujur aku memang belum mencintai mu, tapi aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang sholeh dan baik."Aisyah merasakan kehadiran Adam dan sentuhan tangan nya, Aisyah mendengar semua yang Adam kata kan."Kenyataan ini menyakitkan Adam," Batin Aisyah berkata.

Air mata Aisyah keluar seakan-akan ia mendengar apa yang Adam kata kan, Adam pun langsung mengusap nya dengan lembut, Adam tidak ingin melihat air mata Aisyah keluar karena nya.
                        The Next =>
                             Hari yang Indah...
Saat u tersenyum manis, ya hanya itu lah yang aku inginkan melihat mu bahagia, walaupun di sisi lain kebahagiaan itu bukan karena ku melainkan sahabatku, tidak masalah! ya semua itu hanya kebahagiaan semata, aku tidak butuh kamu yang selalu menyakiti ku, aku hanya butuh dia yang bisa menjaga ku, dan melindungi ku, aku katakan kamu orang yang aneh, dan entah kenapa aku menyukai dan aku tidak ingin kehilangan kamu. Ya mungkin alasan ini cukup untuk ku menjelaskan kepada dunia jika aku menyukai sikapmu yang cuek dan terkadang bertingkah aneh.
Sikapmu membuat aku selalu tertawa sendiri, dan terkadang aku sering meneteskan air mata jika kamu bersikap cuek pada ku, dan aku cemburu saat melihat mu berdua bersama dia, sahabat ku.

Hari-hari ku terasa indah saat aku bisa dekat dengan mu, namun kesenangan itu hanya sebentar karena aku tau kamu tidak pernah menyukai ku dan mustahil untuk ku memiliki mu, aku mengalah saat aku tau kamu menyukai sahabat ku, dan aku katakan cinta itu memberi bukan meminta, dan jika kamu akan bahagia dengan nya aku ikhlas.

Hanya hujan yang terus menetes, hanya ada pelangi setelah hujan, hanya ada bintang dan bulan saat malam hari. Aku suka dengan matahari walaupun banyak yang tidak menyukai nya namun, ia tetap memancarkan cahayanya, mengapa tuhan mendekatkan kita jika sejak pertama kita bertemu kamu sudah membenci ku?Jika kamu mengira aku berniat untuk menghancurkan hubungan mu dengan sahabat ku, itu adalah salah! karena pada kenyataan nya aku tidak pernah berniat untuk memiliki mu.

Aku tau cara mu saat melihat ku dengan pandangan yang ku pikir cinta, dengan tatapan mata yang ku pikir sayang, dan dengan sikap mu yang ku pikir harapan namun, aku jauh mengartikan semua itu ketika sebenarnya yang aku rasakan hanyalah perasaan bertepuk sebelah tangan yang pada akhirnya penantian yang sia-sia.

Kau tau? berapa mata ku meneteskan air mata karena mu? Sering kali luka ku gores kan seringkali kecewa ku toleh kan namun, aku tidak berhak untuk marah dan menyalahkan mu dan sikap mu karena tidak ada gunanya aku marah pada mu dan kamu pun tidak bisa mengobati rasa rindu ku karena kamu tidak paham artinya merindukan.

Aku munafik, ya aku memang munafik saat itu dan aku pun tidak ingin sahabat ku tau jika aku menyukai mu tapi, ketika aku tau kamu lebih bahagia dengan sahabat ku aku pun mengalah dan memilih untuk memendam perasaan ku namun, aku tidak sanggup jika harus ter sakiti terus menerus tanpa kamu ketahui sakitnya hati ku,

Menyesal ya aku menyesal kehilangan sahabat ku, tapi pada kenyataannya begitu aku lebih mementingkan perasaan ku dibanding kebahagiaan sahabat ku, dan sejak saat itulah aku memutuskan untuk membuka lembaran baru dan perasaan ku pun semakin menipis kepada mu, aku sadar jika kamu memang tidak berhak untuk ku miliki maka dari itu aku mengalah demi kebahagian sahabat ku dan ikhlas melepaskan mu dimiliki nya.

 

                              #Selamat Tinggal Penantian

 

Terkadang Aku bertanya pada Allah.
Mengapa Allah mempertemukan kita jika pada akhirnya kita akan berpisah, Bukankah lebih baik tidak ada pertemuan? Tidak akan ada rasa. Dan tidak akan ada hati yang terluka dan rindu yang tertinggal.
Namun, pertemuan itu selalu mengajarkan kita akan artinya kesabaran, perpisahan dan kerinduan.
Andai waktu bisa terulang, aku tidak ingin bertemu dengan nya. Sehingga aku tidak perlu sulit untuk melupakan nya lagi.
                                    #######

Tak terasa. Tahun terakhir aku berada di sini dengan sejuta kerinduan yang entah kapan akan terobati, rasa sabar yang entah kapan kesabaran ini akan habis. Sakit, itulah yang aku rasakan, setiap harinya harus meneteskan air mata. Setiap doa ku selalu ada nama mu, dan setiap aku berusaha melupakan mu di situlah rasa rindu ku semakin bertambah. Dan sejauh mana aku pergi selalu ada sosok bayangan mu.
Pagi ini Yogya masih sama dengan segala keindahan nya, Hari yang ku lalui pun masih sama masih ada rindu di sini, namun rindu yang ku rasakan kini berbeda. Jarak memang telah memisahkan kita...
Aku masih di sini, dan berharap kamu pun ada di sini, dan malam ini pun sama. Hanya ada sosok bayang mu dalam diam ku."Kamu belum tidur?" Tanya nya.  "kamu ingin aku tidur?" Jawab ku malam itu."Kamu ingin aku tidur?" Tanya ku pada nya. "Iya." Jawab nya. "Caranya?" Ku tanya lagi dia. "Mengabsen nama-nama binatang, hehehe." Jawab mu, aku ketawa kata-kata Dilan ucap ku dalam hati. Bahkan perkataan mu mampu aku ingat. "Hey belum tidur?"Ucap seseorang, Aku tersentak kaget dan menoleh, "Sejak kapan kamu di sini?" Tanya ku dengan kesal sambil menatap bulan.
"Tidak usah di pikirkan belum tentu yang di sana memikirkan mu!" Ujar Hawa sambil tersenyum.
"Ngapain juga aku mikirin dia?"
"Tidak usah berbohong! Apa perlu aku telfonin agar kamu bisa mendengar kan suara nya." Saran nya.
"Aku pikir dengan aku menjauh dari nya rasa ini akan hilang namun, tidak. Hati ku masih menyimpan nama nya." Tanpa Aisyah sadari ada hati yang terluka dengan kejujuran nya itu.
"Lihat deh bulan itu, indah ya?"
Ucap nya membuat aku tersenyum dan hanyut dalam hayalan.
"Sudah tidur sana!" Pinta nya. Aku memang sudah mengantuk namun, entah kenapa aku merasa ada magnet yang membuat aku tak ingin pergi. Tapi, aku harus tidur karena besok aku harus berangkat kuliah pagi hari. Aku pun mengangguk bertanda "See you letter Hawa."
Aku pun berjalan melewati lorong kamar ku, malam ini terasa indah seolah ia merasakan apa yang aku rasakan. Setelah sampai di depan kamar ku sekilas aku mendengar suara Adam."Jangan lupa wudhu sebelum tidur." Seketika aku kaget mendengar suara itu, aku mengenal jelas itu adalah perkataan Fahri sebelum aku hendak tidur. Lantas mengapa aku jadi mengingat perkataan itu, Ada apa dengan diri ku dan Fahri? Lalu aku pun melihat jam yang menujukan sepertiga malam, segera aku bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malam terakhir.
"Tuhan, jika memang Dia taqdir ku aku mohon satukan lah kami dalam surga mu. Tapi jika Dia memang di taqdir kan bersama dia, aku mohon bahagia kan mereka dan ikhlas kan lah hati ku untuk merelakan dia untuk orang lain, dan satukan kan lah aku dengan ketentuan mu." Dalam aku meminta.
Setelah sholat Aisyah pun langsung melelapkan tubuh nya di atas kasur yang rapih dan Aisyah pun sempat menoleh ke arah Fatimah yang sudah terelap dalam mimpi nya. Memang Aisyah dan Fatimah itu sahabat SMP dulu di Pesantren, Sekarang mereka pun harus menjalani bea siswa  di Yogya

"ara... apa ara melihat adam?"tanya mira pada teman sekelas mira
"adam? ara tidak melihatnya mira dan di kelas pun tidak ada adam"jawab ara
"ya sudah, terima kasih ara!" ucap mira dan pergi
 mira tau kemana dia akan mencari adam, mira pun mengira jika adam berada di halaman tempat adam biasa membaca buku, yang berada dibelakang sekolah. Mira pun langsung menuju kesana dan ternyata benar.
"adam...."teriak mira dan langsung menghampiri adam
"kenapa mira tau adam berada di sini?"tanya adam
"adam tidak usah tau kenapa mira tau"ucap mira
"ada apa mira kesini?"tanya adam yang masih belum menoleh
"adam... kenapa adam pergi bukankah adam ingin bicara?"tanya mira
"lupakan saja! tidak penting, lanjutkan saja bicara nya dengan fahri!"ucap adam
"apa maksudnya?adam cemburu dengan fahri?"tanya mira memberanikan diri dan berharap adam menjawab iya.
" mira suka dengan fahri?" adam pun meyakinkan 
"ko, adam tanya seperti itu!"tanya mira
"tidak! kenapa sih adam tidak mau jujur kalau adam suka dengan anna" ucap mira
"mira yang munafik, mira bilang mira tidak suka tapi apa?"ucap adam dengan nada yang meninggi adam pun bangun dari duduknya dan menatap mira tajam
"cukup adam! mira sudah sabar adam sakiti jika adam suka dengan sahabat mira, mira mohon jauhin mira!, anna pantas buat adam dan jangan sakiti perasaan ana, cukup mira yang merasakan nya"ucap mira meneteskan air mata mira tidak menyangka jika akan seperti ini. mira pun langsung pergi dia tak ingin adam mengetahui perasaannya selama ini.
"mira tunggu..."teriak adam tapi, mira menghiraukan teriakan adam
"astaga, apa benar aku mulai menyukai mira?"tanya adam pada dirinya sendiri
                  "Kekecewaan..."
ketika mira berjalan dengan lia,sita,Aulia, anna dan  mira melihat adam dan fahman dan teman-teman yang lainnya tapi, mira sudah janji pada dirinya sendiri jika dia tidak akan menampakkan rasa sayangnya pada para sahabatnya mira pun hanya diam dan pura-pura tidak memperhatikan siapa yang ada di depannya.
ketika mira dan sita sedang bercerita tiba-tiba
"sita, apakah sita tau tulisan siapakah ini?"ucap adam yang duduk disebelah sita sambil mengulurkan sebuah kertas yang berisi tulisan bahasa inggris
"coba berikan kertas nya"pinta sita, adam pun langsung memberikannya dan meminta sita untuk tidak memberitahukan itu pada siapa pun
"oooh...ini tulisan anna, dapat dari mana ini?"tanya sita sambil memberikan kertas itu lagi
"ana? ini aku menemukannya dari atas meja"ucap adam heran
"iya itu tulisan ana, cie-cie kau segalanya bagiku..."ledek sita adam hanya tersenyum
sita pun langsung memberi tau mira
"benarkah itu sita?"mira pun terkejut mendengar ucapan sita
"iya, adam sendiri yang memberitahu ku"ucap sita
"mira tidak menyangka, jika ana benar-benar menyukai adam"ucap mira
mira pun langsung membuka buku dearynya
    "deary mira...
           jika memang dia tidak pernah mencintai ku
           aku ikhlas melepaskannya...
           walau aku tak sanggup jika pilihannya adalah
           sahabat ku sendiri...
           asalkan dirinya bisa membuat mu bahagia
           karena kebahagian mu adalah kebahagian untukku juga
     dan kesedihan mu adalah luka di hatiku...
sita sangat mengerti dengan perasaan mira selama ini,
"mira, kenapa diam?"tanya lia dan ana pun ikut menoleh kearah mira
"tidak  kenapa-napa lia, mira tidak percaya saja"jawab mira dan menutup buku deary nya
"tidak percaya kenapa?"tanya lia khepo
"lupakan saja tidak penting "ucap mira
"mira benar suka sama fahri?"tanya feby
"tidak lia tidak setuju jika mira sama fahri!"ucap lia
"iya sita juga tidak setuju mira lebih cocok dengan adam!"susul sita yang juga tidak setuju
mira hanya terdiam mendengar ucapan para sahabatnya.
ketika pelajaran dimulai mira terlihat fokus mendengarkan guru yang sedang menjelaskan.
setelah pelajaran usai mira dan sita pulang bersama.
   "Halaman Sekolah"
"mira..." terdengar suara teriakan adam yang menghentikan langkah mira dan sita
"mira adam memanggil mu! sita akan tunggu mira di halaman belakang " sita pun meninggalkan mira bersama adam
"jangan tinggalkan mira sita!"mira pun menarik tangan sita
"tidak akan terjadi apa-apa denganmu mira, percayalah" sita pun meyakinkan mira
"ada apa lagi adam?"tanya mira dengan wajah jutek nya
"mira adam ingin meminta maaf atas ucapan adam kemarin" adam pun memegang tangan mira
"iya, mira maafkan tapi lepaskan ini" ucap mira melepaskan tangan adam
"mira apa yang dimaksud ucapan mira kemarin?" adam pun bertanya
"lupakan lah! adam, mira mohon jauhi mira dan jangan pernah dekati mira lagi adam, dan hargailah perasaan orang yang menyukai mu" pinta mira dengan berat hati mata mira pun mulai membendung air mata yang akan berjatuhan.
"apa maksudmu mira?" tanya adam
" adam akan mengerti dengan sendirinya" mira pun meninggalkan adam dengan air mata yang berjatuhan.
"sampai saat ini aku masih bingung akan milih siapa!" adam pun bingung dengan permintaan mira
"mira kenapa kamu menangis? apa yang terjadi?"tanya sita
"sita mira meminta adam untuk menjauh dari mira" mira pun menceritakannya
"kenapa kamu lakukan ini?" sita pun bingung dengan sikap sahabatnya
"sita, mira ingin anna bahagia dengan adam walau bagaimana pun anna adalah sahabat mira"
"iya mira sita tau itu tapi, apakah anna akan perduli dengan perasaan mira" sita pun sangat mengerti perasaan sahabatnya
"mira akan bahagia jika orang yang mira sayang juga bahagia walaupun berat untuk mira menjalankan ini semua"
"baiklah jika itu kemauan mu tapi, sita tidak ingin melihat mira menangis gara-gara masalah ini"
sita mengusap air mata mira yang masih belum berhenti
"sita apakah fahri marah dengan mira? apakah mira akan terus terang sama fahri jika memang mira belum bisa menerimanya?"tanya mira pada sita
"tidak usah mira! sita sudah menceritakan semuanya dan dia akan tetap menunggu mu mira "sita tersenyum pada mira
"rasti, mira bingung apa yang harus mira lakukan adam dan fahri adalah orang yang mira sayang sedangkan sahabat mira menyukai"ucap mira
"mira ingat SAYANG ITU TAK HARUS MEMILIKI " ucap rasti
"apakah mira harus mengalah demi sahabat mira sendiri? baiklah mira akan lakukan itu"ucap mira                                          ####NEXT####

    “BERSATUNYA SAHABAT”

Keesokan harinya...

Mira, lia, sita, anna, aulia dan febry sedang berkumpul di kelas seperti biasa mira dan para sahabatnya itu bercerita sambil diskusi ketika itu febry dan aulia berencana untuk menyelesaikan masalah pertengkaran antara anna dan mira.

“anna mira ada apa sih kalian?” tanya febry

“iya apa kalian sedang bertengkar?”tanya aulia

“tidak ko!”jawab mira

“iya anna juga biasa saja, emangnya kenapa?”anna pun heran

“ko, kita tidak lagi melihat anna dan mira bermain ataupun bercanda malh kalian saling cuek!” ucap febry yang memperhatikan sikap mira dan anna yang berubah.

“ mungkin mira sama sita benci sama lia”ucap lia

“ko, lia bisa bicara seperti itu sih?”tanya mira kesal

“iya lia mengira mira marah karena lia menggosipkan anna dengan adam” jawab lia

“mira marah bukan gara-gara itu,” ucap sita yang tau perasaan mira

“terus kenapa sampai mira menjahuin anna dan lia ?” tanya lia

“jujur mira kecewa sama anna dan lia, anna bilang dan janji jika kita harus bisa menghargai perasaan sahabatnya dan tidak boleh menyukai laki-laki yang sama” mira pun akhirnya mau bicara dan matanya mulai berlinang

“karena itu mira marah sama anna? Mira anna tidak punya rasa sama adam, mira salah paham sama anna dan kenapa mira juga menghindar dari lia? Apa gara-gara lia menggosipkan anna dengan adam?” tanya anna dengan mata yang berlinang

Febry dan aulia pun memilih untuk diam

“anna, lia kita sudah lama bersahabat jadi mira tau bagaimana anna dan bagaimana lia, kalian itu adalah sahabat mira, seharusnya kalian bisa mengerti bagaimana perasaan sahabatnya, mira tidak marah gara-gara ada gosip anna dengan adam tapi, kenapa lia dan anna tega melakukan ini? Lia dan anna seharusnya bisa menghargai perasaan mira dan ingat mira marah bukan gara-gara adam tapi, sikap kalian yang tidak bisa menghargai perasaan mira sahabat kalian sendiri, dan jika anna jujur sama mira tentang perasaan anna agar mira bisa mengalah demi anna” air mata mira pun berjatuhan rasa sakit yang ia rasakan kini terungkap

Sita pun mengusap air mata mira aulia dan febry ikut merasakan kesedihan yang mira rasakan

“mira anna sayang sama mira tapi, kenapa mira menjauhi anna Cuma gara-gara laki-laki, dan anna masih ingat akan janji kita berjanji jika kita tidak akan pacaran sebelum kuliah nanti kita akan terus bersama selamanya, itukan janji mira tapi, kenapa mira malah kaya gini?maaf jika anna tidak bisa cerita sama mira karena anna tau jika mira sibuk dengan kegiatan mira selama ini,”ucap anna suasana pun menjadi hening

Mira dan anna keduanya berpikir tentang kesalahannya masing-masing lia pun yang merasa bersalah kerena ia kurang perhatian dan pengertian pada sahabatnya yang akhirnya persahabatan TWINS LA hancur berantakan.

“ mira anna lia minta maaf jika lia sudah banyak berbuat salah, sekarang lia mau anna dan mira kembali lagi seperti dulu dan TWINS LA akan terus bertahan selamanya, apakah kalian mau kembali seperti dulu? Sekarang kalian berjanji tidak akan bertengkar Cuma gara-gara laki-laki, mengalah demi sahabat itu lebih baik” ucap lia

“mira anna minta maaf, mira... anna sayang sama mira apakah mira mau memaafkan anna?”anna pun memeluk mira dengan erat rasa rindu pada diri anna tidak bisa ia bohongi jika ia sangat merindukan sahabat

“anna mira juga minta maaf, mira ingin anna berjanji tidak akan meninggalkan mira dan mira siap melepaskan adam demi anna” mira pun merasa senang akhirnya mira sadar jika bahagia itu sederhana melihat sahabat mira senang saja mira merasa bahagia adam bukan segala-galanya bagi hidup mira tapi, sahabatlah yang sangat penting bagi mira jadi mengalah demi sahabat bukan suatu kesedihan akan tetapi suatu hal yang terindah bagi mira

“lia senang mempunyai sahabat seperti kalian, jangan pernah buat lia tidak percaya akan adanya sahabat, karena kalian buat lia percaya akan adanya sahabat didunia ini” lia pun ikut memeluk anna da mira

“aulia senang melihat kalian seperti ini” ucap aulia

“jangan pernah berantem lagi yah apalagi Cuma gara-gara cowok masih banyak ko, laki-laki yang lebih baik dari adam”ucap febry

“sita ada apa dengan mu?”tanya aulia

Anna, mira dan lia pun menoleh

“sita terima kasih yah sedah mau jadi teman mira”

Ucap mira dan memeluk sita dengan diiringi dengan tangisan

“ mira jangan pernah tinggalin sita yah, sita takut dengan akurnya TWINS LA mira jadi lupa dengan sita”

“itu tidak akan terjadi sita kita semua sayang sama sita, sita kita menganggap sita itu sahabat kita sendiri, jadi jangan takut kita akan meninggalkan sita” ucap anna dan lia

“iya sita kan masih ada kita”ucap aulia dan febry

“makasih yah sahabatku” semuanya pun berpelukan

                                        #### TAMAT####

 




 

 

 

 

nidaamiratunnisa

  Asuransi Perjalanan Editing by canva      Asuransi bisa melindungi kita dalam perjalanan jauh misalnya pergi liburan ke negara Jepang, ada...